Tuesday, January 26, 2010
Gotong-royong Santai
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani..
Pada pagi ahad, bersamaan dengan 24 Januari 2010, lujnah tarbiah telah mengadakan program ‘Gotong-royong Santai’ yang bertujuan untuk merapatkan ukhwah dalam kalangan ahli-ahli lujnah tarbiah..
Masa : 8.15 pagi-10.15 pagi
Tempat: Pusat Islam al-Hidayah
Catatan: 8 orang hadir bersama pemantau
Program tersebut dimulakan dengan membuat liqa’ dan kata-kata aluan daripada ketua lujnah tarbiah, akhi Rafizi. Selepas itu, ahli-ahli lujnah bersarapan bersama-sama dalam talam...bacaan doa oleh akhi Nizam..( dalam hendak bersarapan, akhi Rafizi menekankan bahwa suapan pertama setiap ahli hendaklah diberikan pada sahabat...)(^_^)
Kemudian program diteruskan lagi dengan sesi mengemas surau al-Hidayah. Ahli-ahli lujnah dibahagikan kepada 2 iaitu muslimin mengemas tempat muslimin dan muslimat mengemaskan tempat muslimat...
Keadaan surau selepas dikemas....
Setiap ahli bertungkus-lumus dalam mengemaskan rumah yang paling dicintai iaitu rumah ALLAH S.W.T...masing2 tidak mengenal penat lelah demi mendapat keredhaan dari-NYA...
Akhirnya tibalah di penghujung program...(T_T)(masing2 rasa sedih....) Walaubagaimanapun, Alhamdulillah.... syukur pada ALLAH S.W.T, prpgram Gotong-royong santai lujnah tarbiah ini berjalan dengan lancar dan objektifnya tercapai....
Sebelum bersurai, Ketua Lujnah membuat ‘round table’ bagi setiap ahli mengekspreskan diri masing-masing...Di samping itu, pemantau lujnah tarbiah, akhi Ehsan menasihatkan agar setiap ahli untuk cuba menjadi ‘inventor dakwah’ agar amalan setiap ahli boleh sentiasa di’update’ ..
Insya’ALLAH, program-program seperti ini akan dijalankan lagi bagi merapatkan lagi hubungan silaturrahim diantara ahli-ahli lujnah....
Sesungguhnya ALLAH S.W.T sangat menyukai amalan ini dimana Rasulullah S.A.W pernah bersabda:
“Sesungguhnya akar tunjang yang kukuh sekali ialah kamu mencintai (seseorang) kerana Allah dan membencinya kerana Allah juga”
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Al-Bara bin Azibr.anhuma.
'Bulan Penghayatan Solat'
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani..
Pada hari rabu yang lepas, bersamaan dengan 20 Januari 2010, lujnah tarbiah telah mengadakan perjumpaan bagi membincangkan cadangan aktiviti-aktiviti untuk program ‘Bulan Penghayatan Solat’ yang akan dijalankan dalam sepanjang bulan Februari.
Masa : 10.00 malam-12.00 malam
Tempat: Pusat Islam al-Hidayah
Catatan: 9 orang hadir bersama pemantau
Agenda:1. Tazkirah daripada Akhi Izzul
2. Cadangan aktiviti untuk ‘Bulan Penghayatan Solat’
3. Perkara berbangkit
1. Tazkirah daripada Akhi Izzul
Dalam tazkirah tersebut, Akhi Izzul menekankan kepentingan ilmu, baik duniawi mahupun akhirat..Bagaimana seorang muslim patut memaksimumkan ilmunya....di samping mengamalkan ilmu di dada, semata-mata kerana ALLAH S.W.T....
2. Cadangan aktiviti untuk ‘Bulan Penghayatan Solat’
- Bengkel Solat/ Smart Solat
- Skuad Subuh
- Radio Rabu
- Kursus Imam dan Bilal
- Pertandingan...(azan, iqamat dan lain-lain lagi)
- Qiamulail perdana(penekanan untuk ahli Biro Agama dan Kerohanian)
Semasa meeting, ustaz Zakaria telah datang meninjau disamping memberikan idea-idea bernas beliau bagi memantapkan lagi aktiviti lujnah tarbiah...
3. Perkara berbangkit
Semua ahli dinasihatkan agar istiqamah dalam beribadat kepada ALLAH S.W.T disamping mengikhlaskan diri dalam bergerak kerja dalam lujnah...
Selain itu, ahli-ahli diingatkan supaya bersedia untuk perjumpaan yang akan datang....
Syabas diucapkan pada ahli-ahli lujnah tarbiah kerana dapat merangka aktiviti-aktiviti untuk 'Bulan Penghatan Solat'
Moga-moga segala perancanga yang lujnah tarbiah buat mendapat keberkatan dari ALLAH S.W.T dan seterusnya meninggalkan impak dalam diri setiap pelatih...Insya'ALLAH
Sunday, January 24, 2010
Mencari Energi yang Hilang dalam Dakwah
Jiwa manusia tak jauh beda dengan anggota tubuh yang lain. Tangan akan lelah jika terus mengangkat. Kaki akan pegal-pegal saat terus berlari. Mata akan berair jika tak henti menatap. Dan, lelahnya jiwa ketika semangat kian surut.
Selama ini, hampir tak satu pun peluang jihad disia-siakan Ka’ab. Tapi di Tabuk ini, ia merasa kalau ladang gandumnya yang sedikit lagi panen benar-benar menyibukkannya. Ah, nanti saja. Nanti saja, akan saya kejar rombongan Rasul itu. Nanti, dan nanti. Akhirnya, Ka’ab benar-benar tertinggal hingga peperangan yang memakan waktu sekitar satu setengah bulan itu berakhir.
Mungkin, bukan cuma Ka’ab yang sempat merasakan keanehan itu. Kita pun secara sadar atau tidak, pernah merasa ada sesuatu yang mengganjal. Semangat untuk aktif tiba-tiba mengendur. Dan keasyikan pun muncul saat diri cuma sebagai penonton.
Beberapa ulama dakwah menyebut gejala ini sebagai penyakit futur. Sayid Muhammad Nuh misalnya, menyebut lemahnya semangat dakwah yang sebelumnya berkobar-kobar sebagai futur.
Secara bahasa, futur bisa berarti berhenti setelah sebelumnya bergerak. Allah swt. berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 19 dan 20 yang di antaranya menyatakan kalau malaikat tidak pernah futur. “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada (futur) henti-hentinya.”
Manusia memang bukan malaikat. Al-Insan atau manusia berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Kadar keimanan manusia pun bisa naik turun. Itulah di antara kelemahan manusia. Dan saling memberi nasihat adalah obat agar lupa tidak berakibat fatal.
Masalahnya, tidak semua yang sedang bermasalah bisa lapang dada menerima nasihat. Bahkan bisa jadi, mereka tidak sadar kalau dirinya sedang masalah. Setidaknya ada tiga keadaan yang menunjukkan kalau seseorang itu memang positif futur.
Pertama, ada kemalasan dalam menunaikan ibadah. Apa saja. Bisa salat, tilawah, zikir, apalagi infak. Kalaupun tertunaikan cuma sekadar menggugurkan kewajiban. Tidak ada semangat berlomba dalam kebaikan.
Kedua, ada keinginan untuk selalu menyendiri. Selalu muncul seribu satu alasan agar diri bisa selalu sendiri. Alasannya bisa macam-macam. Mulai kesibukan ekonomi, urusan keluarga, sibuk menghadapi ujian sekolah, dan sebagainya. Pokoknya, selalu ada halangan dalam berbagi dengan yang lain.
Ketiga, munculnya kepekaan emosi yang berlebihan. Orang jadi mudah tersinggung. Jangankan ditegur, dipuji pun bisa memunculkan kesalahpahaman. Yang ada di benaknya cuma ada pola berpikir negatif. Semua orang selalu salah, kecuali yang benar-benar cocok dengan dirinya. Dari situ pula, muncul takaran siapa yang bicara, bukan apa yang dibicarakan.
Bayangkan jika sebuah amanah dipegang oleh mereka yang punya keadaan seperti di atas. Akan terjadi beberapa kemungkinan. Boleh jadi, amanah akan terbengkalai karena ditinggalkan dengan tanpa beban. Kemungkinan berikutnya, terjadi konflik dalam pos yang diamanahkan. Karena orang yang punya kecenderungan bekerja sendiri sulit bisa menyatu dalam kerja tim.
Betapa tidak nyamannya jika futur menghinggapi diri. Karena itu, perlu kehati-hatian agar tidak terjebak dalam futur. Ada beberapa sebab sehingga seorang mukmin bisa futur. Pertama, berlebihan dalam memahami dan menerapkan ajaran agama.
Sebab ini muncul karena kurangnya pemahaman bahwa Islam sangat sejalan dengan fitrah manusia. Tidak ada yang sulit dalam Islam. Pengamalan Islam akan menjadi berat jika diberat-beratkan. Bahkan, dalam jihad pun. “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…” (QS. 22: 78)
Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Sesungguhnya agama Islam itu mudah dan tidaklah orang yang berlebihan dalam beragama melainkan ia akan dikalahkan olehnya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw. bersabda, “Berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu, sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan sampai kamu sendiri yang merasa bosan. Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus sekali pun sedikit.” (Mutafaq ‘alaih)
Sebab kedua, berlebihan dalam hal yang dibolehkan, mubah. Seorang mukmin menempatkan sarana hidup sebagai kendaraan buat kebahagiaan akhirat. Bukan buat pelampiasan.
Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Siapa yang kekenyangan maka akan mendapat enam bahaya: kehilangan manisnya bermunajat kepada Allah, susah menghafal ilmu, kurang peduli terhadap sesama (karena mengira semua orang kenyang seperti dirinya), merasa berat beribadah, dan bergejolak syahwatnya. Karena, seorang mukmin akan menyibukkan diri berada di lingkungan masjid sementara orang yang perutnya kenyang akan sibuk di sekitar tempat pembuangan sampah.” (Riwayat Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumidin)
Ka’ab bin Malik memang pernah mengalami surut semangat dalam dakwah dan jihad. Tapi, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits ini memohon ampun pada Allah karena kekhilafannya. Walaupun, ampunan itu mesti ia tebus dengan dikucilkan kaum muslimin selama empat puluh hari.